Minggu, 08 April 2012

Pipisi Gitarmu

Karena ada ponakan yang mau ulang tahun umur setahun dengan tema Nutcracker, yang pertama muncul di pikiran saya adalah lagu Waltz of the Flower dari balet the Nutcracker.

Lagu ini cukup fenomenal *halahhh* dalam hidup saya. Kami pertama kali bertemu waktu saya masih kecil, saat saya iseng mencari-cari lagu piano untuk main-main saat senggang. Waltz of the Flower yang aslinya orkestra lengkap menyamar dalam bentuk lagu piano yang super disederhanakan. Tapi Neng Pipisan Dewi kecil terkejut. Dan kagum. Lagu ini manis sekali. Whimsical and quirky. Dan chord-nya tidak pernah Neng temui sebelumnya: (maklum, waktu kecil belajarnya lagu-lagu klasik sederhana yang chord-nya paling-paling cuma I, IV, V).

Belakangan setelah agak besar, saya baru mengerti ini karangan Piotr Ilych Tchaikovsky, om-om Rusia yang hidup akhir 1800-an. Om Tchaikovsky ini luar biasa besar pengaruh musiknya sampai sekarang loh. Paling terasa di soundtrack film-film, seperti misalnya Harry Potter. Masih ingat lagu-lagu di Harry Potter yang penuh orkestra? Nah itu pengaruh dari Om Tchaikovsky. I love you so much, Om!

Om-om Rusia yang berjenggot ini banyak menulis komposisi orkestra untuk balet. Paling terkenal mungkin The Swan Lake dan The Nutcracker. Yuk, kita nikmati adegan Waltz of the Flower dari The Nutcracker ini:



Kalau belum puas, search aja adegan lain yang judul musiknya Dance of the Sugar Plum Fairy. Terasa seperti di dunia fantasi. Sungguh.

Masih soal musik, ada yang sudah punya ini? Main gitar dengan pipismu. Harus cowok tapi nih. Supaya bisa terarah pipisnya.

Informasi dan cara main lengkap bisa lihat di sini
Ada-ada saja.

Jangan lupa pipis,
Neng Pipisan Dewi

Rabu, 04 April 2012

Pipis di Semak Belukar

Beberapa tahun yang lalu seorang teman memberi saya buku Walden karya Henry David Thoreau (tokoh Transendentalisme dari Amerika), tulisan tahun 1850-an gitu deh. Di buku itu Om Thoreau menceritakan eksperimennya hidup di alam selama dua tahun, berusaha hidup sederhana dan dekat dengan alam untuk lebih mengerti masyarakat. 

Saya ngga ngerti filosofinya Om Thoreau sih :D Tapi buku itu asik dan membuat saya ingin mencoba juga hidup di alam liar.

Ternyata bukan cuma saya yang terpengaruh oleh Om Thoreau. Tahun 1990-an Christopher McCandless mencoba hidup di alam liar Alaska juga (dan di filmnya, Into The Wild, nak Christopher ditunjukkan punya buku Walden ini). 

Nonton film itu deh. Wajib! Keren sekali hidup di alam! 

Tapi di akhir film (no spoiler here, you've gotta watch it yourself), saya memutuskan kenyamanan hidup terlalu berharga untuk ditukar dengan kebebasan alam. Apalagi membayangkan di alam itu pipisnya susah dan penuh paparazzi! Coba lihat: 

Temannya Bang Pipisan Dewa
Di tengah padang pasir Dubai
New Year's Eve 2009 alias 31 Des 2009


Hidup di alam bebas memang cocoknya dua hari satu malam aja. Rindu terhadap toilet rumah tidak tertahankan kalo lebih lama dari itu!

Jangan lupa pipis,
Neng Pipisan Dewi

Senin, 02 April 2012

Cek Kamar Mandi Dulu Ya

Siapa di sini yang seperti saya? Jika ke hotel/hostel/losmen untuk menginap yang dicek pertama kali adalah kamar mandinya?

Pasti banyak orang seperti saya. Kamar mandi bersih, bagus, wangi, hati pun lega. Kenapa begini? Karena momen-momen pipis itu momen yang sangat penting. Bahasa kerennya crucial gitu. Momen pipis itu jadi tidak indah jika terganggu kamar mandi yang kotor, jelek, kusam, ataupun berbau tak sedap.

Begitu pula dengan Bang Pipisan Dewa. Sewaktu tiba di apartemen barunya, hal pertama yang harus dicek adalah kamar mandi. Bersih, wangi. Meskipun tidak terlalu lega. Oke, kita ambil apartemen ini!

Oktober 2009. Al Waleed Apartment. Daerah Al Barsha, Dubai.

Jangan lupa pipis,
Neng Pipisan Dewi