Sabtu, 31 Maret 2012

Pipis di Salah Satu Negara Terkaya di Dunia


Dalam bukunya, The Geography of Bliss: One Grump's Search for the Happiest Place in the World (panjang amat judulnya), Eric Winer mampir ke Doha, ibukota Qatar. Kata dia di buku itu sih Doha itu surreal. Pejamkan mata sebentar. Bayangkan hidup di tempat yang sangat nyaman. Mercedes di sana-sini, air conditioner di mana-mini. Mal yang nyaman, dingin, sejuk, wajah bule dan arab yang ganteng dan cantik berseliweran (eh iya kan, kita merasa inferior kan? Merasa kulit putih, hidung mancung, mata warna-warni itu lebih oke kan? No wonder krim pemutih dan softlens warna-warni laris manis tanjung kimpul ya). Anyway.

Tapi jangan di udara terbuka lama-lama. Panas, berdebu, 40-50 derajat Celcius, hati-hati kena heat stroke.

Om Eric Winer pake istilah "gaseous." Qatar dibangun di atas gas bumi, yang bikin mereka kaya-raya. Tapi Qatar itu dibangun terlalu cepat, tanpa sejarah yang panjang, tanpa budaya yang kuat, seakan seperti gas, tidak menjejakkan kaki di bumi.

Duh, daripada saya seakan seperti copy paste tulisannya Om Eric, baca di sini ya (pendek kok, saya janji). Eh? Malas baca? Gratisan loh ini. Barang gratisan memang jarang dihargai ya. Kecuali makanan gratis sih.

Dan blog ini belum lupa tujuannya meskipun di beberapa paragraf di atas Neng Pipisan Dewi meracau.


Bang Pipisan Dewa, Doha International Airport, 11 Okt 2009
Bag - made in Bali
T-shirt - 21Men by Forever21
Military pants - ngga ingat beli di mana, murahan pokoknya

Jangan lupa pipis,
Neng Pipisan Dewi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar